Cari Blog Ini
Senin, 25 Oktober 2010
Geografi tanah
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmatnya jualah sehinggga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir yang membahas tentang klasifikasi tanah, pada mata kuliah GEOGRAFI TANAH. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat serta pengikut beliau dari dulu hingga akhir jaman.
Kami atas nama kelas A anggkatan 2008 memohon kritik dan saran apabila dalam penyusunan laporan kami yang membahas tentang kalasifikasi tanah ini ada kesalahan, serta kata–kata yang kurang berkenan serta menyinggung perasaan dosen pengajar, saya mohon ma’af yang sebesar-basarnya.
Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen pengajar, yang telah membimbing kami, serta kepada orang tua kami yang selalu memberikan kesempatan kepada kami untuk menuntut ilmu, dan terus memberikan serta memberikan dukungan baik berupa maral maupun muril, dan tak lupa juga saya ucapakan terima kasih kepada teman-teman yang terus membantu dalam suka maupun duka, semoga ilmu yang kita peroleh dapat kita amalkan demi bangsa, Negara dan agama.
Mungkin hanya itu yang dapat kami sampaikan, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.
Hormat kami
Anggota kelas
A. PROSES PEMBENTUK TANAH DI INDONESIA
Tanah merupakan bagian dari permukaan bumi yang berasal dari batuan yang mengalami pelapukan. Jadi telapuknya batuan itu merupakan proses penting dalam pembentukan tanah, suhu yang tinggi pada siang hari menyebabkan permukaan batuan memenas dan mengembang selama batuan tersebut terkena panas maka akan terjadi pelapukan, suhu yang rendah pada malam hari menyebabkan pendinginan pada batuan, hal ini juga dapat menyebabkan pelapukan, hujan turun mengenai batuan sehingga batuan mengerut pada saat suhu turun, hal ini juga dapat mengakibatkan pelapukan, karena adanya pemanasan dan pendinginan secara bergantian menyebabkan permukan batuan retak dan akhirnya terjadilah pelapukan, akhirnya dari hancuran-hancuran batuan yang diakibatkan beberapa hal tadi, membentuk tanah, dan ahkirnya menjadi sebuah tanah baru.
Gambar 1.1 Gambar 1.2
Gambar 1.3
B.CIRI-CIRI TANAH
Komposisi tanah beraneka ragam, sehingga tanah memiliki sifat fisika, kimia, dan sifat biologi yang beragam.
c. Sifat Fisika Tanah
1) Tekstur Tanah
Pantai adalah deerah perbatasan antara daratan dan lautan dimana tanah yang ada dipesisir pantai tanahnya banyak mengandung pasir kandungan tanah alaminya berukuran 0,05-2 milimeter. Selain tanah pasir kita juga mengenal tanah lempung, tanah lempung adalah tanah yang banyak mengandung kandungan lempung, apabila kandungan partikel lempung, pasir dan debu seimbang, tanah tersebut merupakan tanah geluh.jadi tekstur tanah adalah keadaan kandungan tanah yang menyatakan berapa besar kandungan tanah alaminya.dan jenisnya pun bisa lempung, pasir dan liat.
2) Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan cara pengikatan butir-butir tanah yang satu terhadap yang lain, jika kita memperhatikan tanah yang digali dengan kedalaman lebih dari satu meter, atau jika kita perhatikan pada dinding lereng yang tidak tertutup vegetasi akan tampak perbedaan gumpalan-gumpalan tanah. Kalau tanah di gali kurang dari 30 meter mempunyai struktur granular yang artinya mempunyai kumpulan butiran tanah yang bersifat tunggal.
Pada lahan rawa atau gurun, struktur tanah kurang atau tidak terbentuk, karma butiran tanah bersifat tunggal atau tidak terikat satu sama lain. Beberapa jenis struktur tanah antara lain berupa gumpalan atau remah.
3) Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah merupakan sifat fisik yang menyatakan besar kecilnya gaya kohesi dan adhesi dalam berbagai kelembapan.
4) Lengas Tanah
Lengas tanah adalah kelembapan yang terjadi pada tanah, misalnya pada kacang tanah yang baru dipanen tanah-tanah menimpel pada kacang tersebut, itulah yang disebut dengan lengas tanah.dimana tanah mesih mengandung partikel-pertikal air, sehingga tanah seolah-olah tanah liat yang mudah menimpel, tetapi kalau diamati tanah tersebut bukan tanah liat.
5) Udara Tanah
Udara tanah adalah kandungan O2 dalam tanah, kandungan ini memepengaruhi kesuburan tanah misalnya tanaman palawija yang terkena tergenag air terlalu lama maka akar-akar tumbuhan akan busuk,dan mengakibatkan kematian.
6) Warna Tanah
Warna tanah beragam dan sangat banyak macamnya, misalnya tanah yang ada disawah yang berwarna coklat, merah, kuning, warna tanah pada pengunungan vulkanis berbeda dengan warna tanah pada pengunungan kapur, dari warna tanah kita dapat mendefinisikan kesuburan tanah tersebut.
7) Suhu Tanah
Bila kita pergi ke ladang atau ke sawah pada pagi hari terasa lebih dingin dibandingkan pada siang hari, bila menganjak tanah pasir pada siang hari terasa lebih panas ,dari pada tanah lempung, hal ini dikarnakan tanah mempunyai suhu atau temperature tanah.
8) Permeabilitas Tanah
Merupakan kecepatan air merembes ke dalam melalui pori-pori baik kearah horizontal maupun vertical. capat lambatnya perembesan air sangat ditentekan tekstur tanah.
9) Drainase Tanah
Drainase tanah merupakan kemampuan tanah mengalirkan dan mengatuskan kelebihan air, baik air yang berada dalam profil tanah maupun pada permukaan tanah
b. Sifat Kimia Tanah
Tanah selaku tubuh alam mempunyai komposisi kimia berbeda-beda. Tanah terdiri atas berbagai macan am unsure kimi. Penentu sifat kimia tanah antara lain berupa kandungan bahan organic, unsure hara, dan pH tanah. Tanah yang kita liat, adalah suatu campuran dari material-material batuan yang telah lapuk (sebagai bahan organik), material organik, bentuk-bentuk kehidupan ( jasad hidup tanah), udara, dan air. Bahan organik terdiri atas sisa-sisa tanaman dan hewan dalam tanah, termasuk juga kotoran dan lender-lendir serangga, cacing, serta binatang besar lainnya.
Kandungan bahan organik dalam tanah mempengaruhi sifat tanah. Pada tanah dengan kandungan bahan organic yang tinggi akan memberikan efek warna cokelat hingga hitam. Sehingga sifat kimia tanah berupa kandungan bahan organic dapat dikenali dari warnanya. Selain itu, pengenalan ada tidaknya bahan organik secara kualitatif dapat dapat dilakukan dengan menetes contoh tanah dengan hydroxyd (H2O2) 10%. Jika pada tanah mengandung bahan organik maka setelah ditetesi H2O2 akan tampak adanya percikan atau gelembung-gelembung.
c. Sifat Biologi Tanah
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dan tempat hidup organisme dalam tanah menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dan organisme lainnya, sehingga di dalam tanah terjadi prosese-proses yang menghasilkan sifat biologi tanah, misalnya adanya cacing tanah akan meningkatkan unsur nitrogen, phosphor, kalium serta kalsium dalam tanah sehingga dapat meninggkatkan kesuburan tanah.
Peranan cacing tanah yang lain berupa lubang yang ditinggalkan di tanah akan meningkatkan drainase tanah, hal ini penting dalam perkembangan tanah. Cacing-cacing mengangkut tanah, mencampur dan mengumpulkan sejumlah bahan organik yang belum terombak seperti daun dan rumput yang di gunakan sebagai makanan.
d. Profil Tanah
Tanah mempunyai persebaran secara horizontal, sehingga sifat-sifat tanah tersebut dapat di bedakan pada setiap tempat. Selain itu sifat-sifat tanah secara vertical juga bisa berbeda. Hal ini karena tanah mempunyai perlapisan-perlapisan. Perlapisan tanah secara umum dibawah ini sebagai berikut :
Gambar 1.
1. Lapisan Tanah Atas atau Horizon O dan A1
lapisan ini merupakan lapisan tanah teratas. Pada umumnya mengandung bahan organik karna merupakan tanah yang muda (baru berbentuk), sehingga masih banyak dipengaruhi oleh kondisi di atas permukan tanah. Lapisan ini ditandai dengan adanya zona perakaran dan kegiatan jasad hidup tanah.
2. Lapisan Tanah Bawah atau Horison E dan B
Lapisan ini juga mengandung bahan organik, tetapi kurang dibandingkan dengan lapisan tanah atas. Pada lapisan ini merupakan zona pengendapan partikel tanah yang tercuci dari horison A
3. Lapisan Tanah Horison C
Pada lapisan ini terdiri atas tanah yang sudah terbentuk, tetapi masih menujukan cirri-ciri struktur batuan induk.
4. Bedrock
Lapisan ini merupakan lapisan batuan induk yang masih padu.
Pada setiap tempat, kedalaman dan ada tidaknya tiap lapisan berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh Faktor pembentuk di daerah tersebut, tiap lapisan ini mempunyai cirri yang berbeda-beda, pada gambar di atas telah dilihatkan secara rinci dan jelas.
C. JENIS-JENIS TANAH
Gambar 1.2
Tanah adalah sabagai laboratorium alam yang menyediakan unsure hara bagi tanaman, dalam pendidikan gografi dikenal dengan geografi tanah , yang mempelajari sifat-sifat dan cirri-ciri tanah pada berbagai daerah tertentu dalam konteks keruangan, yang sudah mecakup didalamnya ada persamaan dan perbedaan daerah atau wilayah yang satu dengan yang lain maupun kondisi fisik ( iklim, tanah, bentuk, wilayah, perairan, flora dan fauna dll. )
Tanah juga memiliki kandungan zat-zat yang berguna bagi tanaman dan mikro organisme yang berda dalam tanah, zat-zat ini juga merupakan kesatuan komponen pembentuk tanah yaitu
Bahan mineral
Adalah bahan pembentuk tanah yang berasal dari pelapukan batuan yang susunan mineralnya bervariasi tergantug sumber batuan yang melapuk, baik itu dari batuan kapur, yang setelah berproses menjadi tanah kapur maupun batuan-batuan yang lainnya
Bahan organik
Adalah bahan pembentuk tanah yang terjadi akibat proses pelapukan, maupun pembusukan dari bahan-bahan organic baik dari hewan, tumbuhan maupun jasad remik lainnya.
Air
Air peranannya dalam proses pembentuk tanah adalah, sebagai pengikis tanah yang ada di pegunungan, pesisir pantai, pinggir sungai, maupun pinggir danau, dalam pergerakannya air mengikis suatu tanah, dengan berbagai cara biasa dari glombang, hujan, tumpukan air (genangan),dengan terkikisnya tanah tersebut maka terbentuklah sebuah tanah yang baru, kalau di daerah pinggiran sungai air membantu dalam pengendapan yang sering kita kenal dengan tanah alluvial, yang mana tanahnya sangat subur, selain itu air juga berfungsi bagi tanaman sebagai unsure hara.
Udara
Udara peranannya dalam pembentukan tanah adalah sebagai pengisi poro- pori dalam tanah, yang mana fungsi pori-pori tersebut adalah sebagai sirkulasi air dengan udara dalam tanah yang menyuburkan tanah.
Untuk lebih jelasnya kita bahas tabel diatas yang menjelaskan klasifikasi tanah :
Entisol
Ciri-ciri ;
Tanah yang baru berkembang
Belum ada perkembangan horisontanah
Meliputi tanah-tanah yang berada diatas batuan induk
Termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru
Mencakup kelompok tanah alluvial, regosol dan litosol dalam klasifikasi dudal-supratohardjo. Tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran mengandung banyak hara tanaman sehingga dianggap subur. Tanah Entisol di Indonesia umumnya memberi hasil produksi padi (misalnya : Kerawang, Indramayu, delta Brantas), palawija, tebu (Surabaya). Entisol yang berasal dari abu-volkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.
Gambar 1.3
Inceptisol
Ciri-ciri ;
Ada horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya.
Tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah.
Mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol
Daerah penyebaran tanah jenis ini: Sumatera, Jawa, Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan)
Gambar 1.4
Ultisol
Ciri-ciri ;
Kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8).
Terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si tercui.
Bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat.
Terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk : Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff.
Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa . sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.
Gambar 1.5
Oxisol
Ciri-ciri ;
solum yang dangkal, kurang dari 1 meter
kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut
adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m
susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat
mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.
Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi.
Gambar 1.6
Vertisol
Ciri-ciri ;
Tanpa horizon eluviasi dan iluviasi
Koefisien mengembang dan mengerut tinggi jika dirubah kadar airnya
Bahan induk basaltic atau berkapur
Mikroreliefnya gilgei
Konsistensi luar biasa plastis
Di Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 meter di atas muka laut dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rata-rata 25oC dengan curah hujan kurang dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau nyata.Kandungan bahan organik umumnya antara 1,5-4%. Warna tanah dipengaruhi oleh jumlah humus dan kadar kapur. Di pulau jawa banyak digunakan untuk lahan pertanian padi sawah.
Gambar 1.7
Histosol /gambut
Ciri-ciri ;
Memiliki epipedon histik, yaitu epipedon yang mengandung bahan organik sedemikian banyaknya, sehingga tidak mengalami perkembangan profil ke arah terbentuknya horison-horison yang berbeda.
Warna coklat kelam sampai hitam, berkadar air tinggi dan bereaksi asam (pH3-5)
Gambut ombrogen meliputi hampir seperlima Sumatra, meluas sepanjang pantai Malaya, Kalimantan, dan pantai selatan Irian Jaya. Gambut ombrogen juga terdapat di Bangka Selatan, dimana pasir putih bumi mengendap sebelum mencapai laut membentuk berselang berselang-seling daerah deperesi bekas cabang sungai yang di tumbuhi flora khusus.
Gambut topogen terbentuk dalam topografik di rawa-rawa baik di dataran rendah maupun di pegunungan tinggi. Gambut ini meluas di Rawa Lakbok, Pangandaran, Rawa Pening, Jatiroto, Tanah Payau, di Deli (Sumatra) dan danau-danau di Kalimantan Selatan.
Gambut Pangandaran, sebelah selatan Rawa Lakbok juga bersifat eutrof dan topogen.
Gambar 1.8
Klasifikasi Tanah Menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor
Tanah dapat diklasifikasikan melalui 2 (dua) cara klasifikasi, yaitu klasifikasi alami dan klasifikasi teknis, dengan penjelasan sebagai berikut :
• Klasifikasi alami adalah klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah.
• Klasifikasi teknis adalah klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk penggunaan-penggunaan tertentu. (Contoh : klasifikasi kesesuaian lahan untuk perkebunan, tanah akan diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi tanaman perkebunan tersebut seperti drainase tanah, lereng, tekstur tanah dan lainnya).
Dalam pengertian sehari-hari apabila orang menyebut klasifikasi tanah maka yang dimaksud adalah klasifikasi alami.
Terdapat berbagai macam sistem klasifikasi tanah yang ada di dunia, namun di Indonesia dikenal 3 (tiga) jenis klasifikasi tanah yang masing-masing dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor, FAO/UNESCO dan USDA (United States Department of Agriculture = Departemen Pertanian Amerika Serikat). Nama-nama tanah dalam tingkat Jenis dan Macam tanah dalam sistem Pusat Penelitian Bogor yang disempurnakan (1982) sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO. Walaupun demikian nama-nama lama yang sudah terkenal tetap dipertahankan, tetapi menggunakan definisi-definisi baru. Jenis-jenis tanah yang ada adalah sebagai berikut :
Jenis – Jenis Tanah menurut Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, (disempurnakan, 1982)
NO. N A M A K E T E R A N G A N
1. Organosol Tanah organik (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm.
2. Litosol Tanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat batuan keras yang padu.
3. Rendzina Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik lebih dari 1 %, kejenuhan basa 50 %), dibawahnya terdiri dari batuan kapur.
4. Grumusol Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan mengerut. Jika musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengerut, jika basah lengket (mengembang).
5. Gleisol Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain.
6. Aluvial Tanah berasal dari endapan baru dan berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %.
7. Regosol Tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60 %, hanya mempunyai horison penciri ochrik, histik atau sulfurik.
8. Arenosol Tanah bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur terlalu kasar. Tidak mempunyai horisin penciri kecuali epipedon ochrik.
9. Andosol Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai horison kambik; kerapatan limbak (bulk density) kurang dari 0,85 g/cm3, banyak yang mengandung amorf atau lebih dari 60 % terdiri dari abu vulkanik vitrik, cinders atau bahan pyroklastik lain.
10. Latosol Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan horison kambik.
11. Brunizem Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.
12. Kambisol Tanah dengan horisin kambik, atau epipedon umbrik atau molik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).
13. Nitosol Tanah dengan penimbunan liat (horison argilik). Dari horison penimbunan liat maksimum ke horison-horison di bawahnya, kadar liat turun kurang dari 20 %. Mempunyai sifat ortoksik (kapasitas tukar kation kurang dari 24 cmol (+) / kg liat.
14. Podsolik Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan kejenuhan basa kurang dari 50 %, tidak mempunyai horison albik.
15. Mediteran Seperti tanah Podsolik (mempunyai horison argilik) tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.
16. Planosol Tanah dengan horison albik yang terletak diatas horison dengan permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik) yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau fragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada sebagian dari horison albik.
17. Podsol Tanah dengan horison penimbunan besi, Alumunium Oksida dan bahan organik (sama dengan horison sporadik). Mempunyai horison albik.
18. Oksisol Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktivitas rendah, kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 cmol (+) / kg liat). Tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidak jelas.
EROSI DAN KERUSAKAN TANAH LAINYA
a. EROSI
Relef di permukaan bumi terbentuk karena adanya tenaga di dalam bumi dan di luar bumi dengan tenaga yang berasal dari luar bumi. Proses pembentukan relief bumi dengan tenaga yang berasal dari luar bumi, termasuk dalam tenaga eksogen. Tenaga eksogen yang membantu pembentukan relief bumi antara lain berupa erosi. Pada proses erosi, masa tanah atau batuan diuraikan atau dipindahkan dengan bantuan tenaga air, angin, es maupun tenaga gravitasi.
Jenis Jenis Erosi
a) Erosi Percik (splash erosion)
Erosi ini berupa percikan partikel-pertikel tanah halus yang disebabkan oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi percik pada musim hujan dapat kita amati pada permukaan daun yang terdapat partikel tanah, adanya batuan krikil diatas lapisan tanah.
b) Erosi lembar (sheet erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hamper seragam, sehingga erosi ini menghasilakan kenampakan yang seragam.
c) Erosi Alur (rill erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman kurang dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm sering terjadi pada tanah-tanah yang baru saja diolah.
d) Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30 cm dan lebar lebih dari 50 cm. biasanya erosi seperti ini banyak terdapat pada daerah penambangan, baik itu penambangan pasir maupaun penambangan emas yang biasanya mengali tanah dan dilakukan penyedotan air, air pembuangan itu lah yang salah satu nya peneyebab terjadinya erosi parit.
Adapun penyebab terjadinya erosi sebagai berikut
a. Erosi oleh Angin
Gambar 1.
Air sebagai tenaga erosi
Pada gambar di atas adalah salah satu contoh tenaga erosi yang diakibatkan oleh hujan. hujan turun mengenai permukaan bumi yang kedalamnya beraneka ragam. Pada permukaan yang tidak bervegetasi. air jatuh ketanah dan mampu mengikis tanah. Berbeda dengan permukan tanah yang bervegetasi air dapa di simpan pada bagian-bagian vegetasi. Akar tanaman juga dapat menahan tanah
Gambar
Kemampuan infiltrasi air di berbagai tipe relief
Gambar di atas menjelaskan kondisi topografi yang bervariasi bagian 2 dan tiga mempunyai kemiringan lereng yang curam, air hujan yang turun memiliki kekuatan yang tinggi untuk mengalir ke bawah dan mengikis permukaan tanah. Turunya air ke bawah juga dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Pada lereng yang curam, air tidak banyak berinfiltrasi, air hujan akan menjadi aliran permukaan, pada bagian 4 banyak berlangsung diposisi, kerena merupakan daerah pengendapan dari materi lereng atas.
Gambar
Air jatuh ke tanah dengan infiltrasi tinggi
Pada gambar di atas jenis tanahnya mempunyai daya permeabilitas yang tinggi sehingga air cepat meresap ke dalam tanah dan menyebabkan air tidak banyak menjadi aliran permukaan
Gambar
Air jatuh pada tanah dengan infiltrasi rendah
Gambar diatas jenis tanahnya tidak mempunyai daya permeabilitas yang tinggi sehingga air yang jatuh banyak menjadi aliran permukaan dan mampu mengikis tanah.
Dari gambar-gambar diatas kita dapat menggambarkan mengenai factor-faktor yang mepengaruhi terjadinya erosi oleh tenaga air.
b. Erosi Oleh tenaga Gelombang
Erosi berdampak juga pada perubahan muka bumi. Abrasi (erosi pantai) akan mengikis daerah sekitar pantai. Kejadian seperti ini banyak terjadi di pantai-pantai kawasan Indonesia missal nya di daerah pantai Kal-Sel dibagian selatan seperti pantai Batakan, abrasinya cukup tinggi, pesisir pantai rusak dan kondisi pantai mereng 600 (membentuk dinding terjal yang baru) kawasan hutan pinusnya pun semakin dekat dengan bibir pantai, seperti gambar di bawah ini.
Gambar Gambar
Abrasi menghasilkan cekungan cekungan tererosi lebih lanjut menjadi gua
yang panjang pada garis pantai
Gambar Gambar
Erosi lebih lanjut oleh gelombang menyebakan erosi yang terus menerus menyebabkan cliff
Runtuhnya atap gua ke laut dan terbentulah runtuh.pada waktu yang panjang, proses ini
Cliff (dinding terjal). berlangsung terus-menerus, menyebabkan
Terbentuknya platform di kaki cliif
(dinding terjal).
c. Erosi oleh Tenaga Angin
Selain tenaga air dan gelombang yang mampu megubah wajah dan kenampakan bumi ternyata masih ada lagi satu tenaga yang mampu mengubah wajah bumi, yaitu tenaga angin yang juga mampu mengikis permukaan bumi, bagai mana prosese ini terjadi kita perhatikan gambar dibawah ini :
Gambar
Berdasarkan teori,adanya gurun pasir karna prosees pelapukan mekanis. Proses itu dimulai ketika suhu siang hari yang terik memanasi batuan gurun sampai di atas 80o Celsius sehingga batuan itu memuai
Gambar
Pemanasan atmosfer yang tidak merata oleh Di daerah tropis, udara panas naik, lalu mendinginkan
Matahari menimbulkan angina hingga tercipta dan melepas airnya.
Zona tekanan tinggi dan rendah. Udara ini menjadi dingin serta kering yang kemudian
Bergerak kearah kutub dan turun serta membentuk zona
Tekanan tinggi subtropis; dari sini berhembus angin pembuat gurun
Makalah belajar dan pembelajaran komunikasi orang tua dengan anak
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan, karena apa yang telah diprogramkan dalam pendidikan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan berbagai komponen pengajaran, yang turut meberikan konstribusi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada sisi lain komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima melalui saluran atau media dengan tujuan agar terjadi perubahan terhadap diri orang menerima pesan tersebut. Komunikasi sebagai suatu proses tersendiri atas komponen-komponen yakni komunikator, pesan, saluran, komunikasi dan efek/pengaruh. Selain komponen tersebut, komponen lain yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu komunikasi yaitu tanggapan balik lingkungan dan gangguan yang saling terkait satu dengan yang lainnya.
Penjelasan yang dikemukakan di atas berlaku pula dalam pembelajaran, yang komunikasinya disebut komunikasi pembelajaran, baik dalam bentuk antar personal maupun dalam bentuk interpersonal. Komunikasi yang berlangsung secara interpersonal tampak pada kejadian berfikir, mengingat, mempersepsi. Sedangkan komunikasi yang berlangsung secara antar personal bisa terjadi dalam doalog atau diskusi tanya jawab yang terjadi antara komunikator dan komunikan (pembelajaran dan pembelajar).
Proses komunikasi dibuat secara wajar, akrab, dan terbuka dengan ditunjang oleh faktor-faktor penunjang lainnya, baik sarana, maupun fasilitas-fasilitas yang ada dengan tujuan supaya mempunyai efek perubahan perilaku pada pihak sasaran.
Proses perubahan perilaku bukanlah hak yang sederhana, karena di dalamnya terlibat semua komponen yang saling berkaitan, seperti kondisi komunikator, kondisi sasaran, kondisi saluran yang digunakan, disamping situasi dan lingkungan pembelajaran turut mempengaruhi proses komunikasi pembelajaran.
Pembelajaran harus mampu menciptakan iklim komunikasi yang komunikatif, di mana pembelajar dan pebelajar secara aktif di dalamnya baik secara verbal maupun non verbal dengan menggunakan media atau saluran yang tersedia, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Selain guru, pihak keluarga terutama orang tua juga sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar anak. Pihak orang tua anak lebih proaktif mencari solusi untuk meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya, termasuk dalam hal ini adalah senantiasa berkomunikasi antar pribadi dengan anak mengenai pembelajarannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, masalh pokok yang kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja peranan komunukasi orang tua dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajar ?
2. Apa materi yang dibutuhkan anak untuk meningkatkan prestasi dalam berkomunikasi dengan orang tua ?
3. Apakah efektifitas peranan komunikasi orang tua dalam meningkatkan prestasi anak ?
4. Apa Pengertian prestasi belajar ?
5. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar ?
6. Apa pengertian komunikasi ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui peranan komunikasi oaring tua dengan anak dalam meningkatakan prestasi belajar.
2. Memberikan informasi tentang materi komunkasi apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar anak.
3. Mengetahui efektifitas peranan komunikasi orang tua dalam maningkatkan prestasi belajar anak.
4. Memberikan informasi tentang pengertian prestasi belajar dan komunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peranan Komunikasi Orang Tua Dengan Anak dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
1. Materi Komunikasi Antar Pribadi Orang tua Dengan Anak Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar.
Murid yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga terutama tentang cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajarnya. Orang tua atau keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang kurang berkomunikasi tentang pendidikan anak-anaknya akan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Menurut Slameto (2003:61) megemukakan bahwa hal-hal atau materi komunikasi antar pribadi orang tua dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya, antar lain :
a. Orang tua melakukan komunikasi mengenai waktu belajar anak-anaknya.
b. Orang tua memperhatikan dan mengkomunikasikan dengan anak tentang kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak-anaknya dalam belajar.
c. Orang tua berkomunikasi kepada anak tentang waktu belajar anak.
d. Orang tua senantiasa melakukan komunikasi dengan anak tentang kemajuan belajarnya.
e. Orang tua melakukan komunikasi dengan anak mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa anak didik sangat besar peranannya dalam melakukan komunikasi antar pribadi dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajar terutama anak. Materi komunikasi yang dimaksudkan di atas sangat menentukan tingkat keberhasilan atau prestasi murid. Mungkin anak sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur akibat kurang komunikasi dengan orang tua, sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya. Hasil yang didapatkan atau nilai hasil belajarnya tidak memuaskan atau bahkan gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang orang tuanya terlalu mengurus pekerjaan mereka sehingga kurang komunikasi dengan anak-anaknya.
2. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Dengan Anak DalamMeningkatkan Prestasi Anak
a. Konsep Efektivitas Dalam Komunikasi.
Efektivitas berasal dari kata “efektif yang berarti ada efeknya, akibatnya, kesan serta pengaruhnya terhadap sesuatu benda atau perkara”.(Depdikbud, 2001:115) Efektivitas merupakan suatu organisasi. Efektivitas adalah pencapaian tujuan melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, baik dilihat dari segi input maupun output. Efektivitas berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan secara efisien sudah tentu efektif, karena dilihat dari segi hasil, tujuan atau akibat yang dikehandaki dengan perbuatan itu telah tercapai. Sebaliknya suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dapat saja tercapai tetapi mungkin menggunakan sumber daya yang berlebihan yang tidak sesuai dengan rencana sebelumnya, apakah itu tenaga, pikiran, waktu dan sebagainya.
Little John (1962 : 85) mengemukakan bahwa “dalam konsep efektivitas komunikasi, yang menjadi tujuan utama dan pertama komunikasi manusia adalah untuk dimengerti”. Jadi komunikasi efisien bila Source dan Receiver terhadap message ada kesamaan. Rahmat (1998 : 79) mengatakan bahwa “komunikasi dikatakan efektif bila pertemuan Source (sumber) merupakan hal yang menyenangkan Receiver (penerima)”. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, efektivitas komunikasi yang ditekankan adalah efektivitas penerimaan pesan, yaitu “komunikasi yang dilancarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek kognitif, afektif, dan konatif pada komunikan sesuai dengan tujuan komunikasi” (Effendi, 1989 : 101).
Sesuatu pesan yang dikirimkan tidak saja diinginkan untuk dimengerti tapi juga untuk direspon, diberi reaksi yang diinginkan agar maksudnya tercapai untuk menerima respon yang diinginkan. Jika itu terjadi pesan yang dikirim tidak hanya efisien tetapi juga efektif. Jadi “respon atau reaksi yang diinginkan dari suatu komunikasi merupakan test dari efektivitas daripada komunikasi” (Effendi,1989:102).
b. Kriteria dan Prinsip Komunikasi Pembelajaran yang Efektif
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran banyak ditentukan oleh keaktifan pebelajar dan pembelajar dalam bentuk timbal balik berupa pertanyaan, jawaban pertanyaan atau berupa perbuatan baik secara fisik maupun secara mental. Adanya umpan balik ini memungkinkan pembelajar mengadakan perbaikan-perbaikan cara komunikasi yang pernah diakukan.
Keefektifan komunikasi menunjuk kepada kemampuan orang untuk menciptakan suatu pesan dengan tepat, yaitu pengirim pesan dapat mengetahui penerima dapat menginterprestasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim diinterprestasikan sama oleh si penerima, berati komunikasi tersebut efektif. Komunikasi yang efektif hendaknya memadukan ketiga kriteria tersebut. Selain itu keefektifan pembelajaran sangat ditentukan oleh adanya perhatian dan minat pebelajar. Ini sesuai dengan , model “AIDA singkatan dari Attention (perhatian ), Interest (minat), Desire (hasarat),dan Action (kegiatan)” (Sendjaja, 1993:105). Maksudnya agar terjadi kegiatan pada diri pebelajar sebagai komunikan, maka terlebih dahulu harus dibangkitkan perhatian dan minatnya kemudian dilanjutkan dengan penyajian bahan.
Dengan demikian timbul hasratnya untuk melaksanakan kegiatan, sehingga walaupun persepsinya tidak terlalu lama sama dalam menerima pesan tetapi perbedaannya tidak terlalu banyak. Karena secara psikologis setiap orang akan menanggapi dan memberi makna yang berbeda-beda sesuai dengan karakternya masing-masing.Komunikasi mengandung kualitas yang mengarahkan persepsi positif. Komunikasi melaksanakan tujuan-tujuan organisasi dan tujuan-tujuan pribadi yang dianggap efektif, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar sangat efektif dilakukan. Efektivitas komunikasi yang dimaksud adalah efektivitas penerimaan pesan, yaitu komunikasi yang dilancarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek kognitif, efektif, dan psikomotor pada komunikan sesuai dengan tujuan komunikasi. Hal ini terjadi selama dalam proses pembelajaran.
B. Prestasi Belajar.
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berarti “hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan” (Depdikbud,2001:895). Prestasi yang dimaksudkan di sini adalah suatu hasil yang dicapai mengenai pendidikan atau pelajaran.
Sesuai dengan hal tersebut, Sardiman (1996 : 22) mengemukakan: “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan kriteria-kriteria tertentu setelah dia menempuh kegiatan belajar mengajar dan diakhiri dengan evaluasi dari pihak guru.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mengajar yakni pada dasarnya terdiri dari dua bagian yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor Intern
Faktor intern yang dimaksudkan di sini adalah faktor intern yang terjadi disekolah, yang di dalamnya termasuk guru dan siswa. Adapun faktor yang terpenting dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa adalah, ada tiga, yakni :
1) Faktor Jasmaniah
Untuk mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar terbentuk manusia yang utuh di setiap aspek, baik akal, jasmani, rohani dan kesehatan dengan kehidupan kemasyarakatan, diperlukan syarat mutlak yakni kesehatan badan, tanpa ditunjang kesehatana badan, maka yang terlaksana di sekolah tidak bisa dikatakan proses belajar yang potensial. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (1994 : 5) yaitu : “agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan dalam bekerja, tidur, makan, olah raga dan rekreasi”.
Oleh karena itu kesehatan jasmani mutlak diperlukan, karena pada jasmani yang sehat terdapat akal fikiran yang sehat pula.
2) Faktor Psikologis
Adapun penulis maksudkan di sini adalah mengetahui tingkah laku yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dimana dalam hal ini termasuk pembawaan sebagai faktor dasar yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar merupakan perilaku inti dalam proses pendidikan dimana antara anak didik dan pendidik berintegrasi.Faktor pembawaan yang mempengaruhi proses belajar meliputi :
(1) Intelegensi.
Intelegensi adalah kecakapan yang teridir dari tiga jenis, yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
(2) Perhatian.
Perhatian menurut AL-Gzali adalah “keaktifan jiwa yang tertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek”. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar. “Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan bakatnya”. (Slameto : 1995 : 56).
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
(4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah berlatih.
3) Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan adalah salah satu dari faktor intern yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, sebab kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan atas dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. (Slameto, 1998 : 57).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan subtansi sisa pembakaran dalam tubuh, sehingga darah tidak/ kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit berkonsentrasi seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, harus dihindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam bekerja, sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
b. Faktor Ekstern
Faktor eksteren mempunyai peranan yang penting pula dalam proses belajar mengajar, dimana penulis mengelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
1) Faktor keluarga
Keluarga adalah salah satu lingkungan pendidikan yang cukup berperan dalam perkembangan jiwa anak, karena dalam keluarga anak pertama kali menerima pendidikan. Murid yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah suatu organisasi dan wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan semua sumber daya secara efisien dan efektif. Sebab dalam hidup dan kehidupan manusia, tidak hanya hidup dalam keluarga saja, melainkan juga pada umur tertentu harus terlepas dari rumah untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman yang lebih luas di luar rumah, baik di sekolah maupun pada masyarakat umumnya.
Menurut Hamalik (2001:117) bahwa : “faktor sekolah mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah”.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan eksteren yang juga berpengaruh terhadap siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk itu dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka diperlukan kerjasama yang baik dari subyek pendidikan tersebut, agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berlangsung secara positif.
C. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, istilah komunikasi dalam Kamus Inggris Indonesia (John M. Echlos : 1996 : 131) ditemukan kata “communication, yang berarti hubungan, komunikasi, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya”.
Menurut Sendjaja (1993 : 24), komunikasi adalah : “suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengelolaan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan atau dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu”.
Komunikasi menurut Mullyono (1988 : 43) adalah : “pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi bila didukung oleh sumber atau komunikasi pesan, saluran atau media, penerima atau komunikan, dan efek.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a) Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak sangatlah besar, tanggung jawab tersebut antara lain : orang tua sebagai pemotivator belajar anak di luar sekolah, orang tua sebagai pembimbing anak dirumah, orang tua sebagai pengarah anak, pelindung, orang tua orang yang memenuhi kebutuhan anak, agar proses pendidikan anak dapat berhasil sebagai orang tua harus mampu memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut.
b) Orang tua lengkap sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Siswa yang orang tuanya lengkap tentu akan merasa aman dan lebih mendapatkan perhatian yang penuh dari kedua orang tuanya.
c) Orang tua tidak lengkap juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Orang tua yang tinggal ibu atau ayah bahkan keduanya sudah tidak aada. Sebab anak merasa aman lagi dalam belajar atau dalam hal yang lain. Karena anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang penuh dari kedua orang tuanya.
3.2 Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
M.P. Yusuf. 1990. Komunikasi pendidikan dan komunikasi Instruksional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman AM. 1996. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Usman, Moh. Uzer. 1991. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
WWW.google.co.id
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Makalah Atonia Uteri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun yang melatarbelakangi makalah ini yang membahas mengenai “ Atonia Uteri” adalah agar kita dapat mengetahui apa itu atonia uteri dan bagaimana cara penatalaksanaan pada atonia uteri. Makalah ini dibuat agar mahasiswa lebih memahami lagi tentang pengertian, penyebab, dan cara penanganan atonia uteri.
B. Rumusan Masalah
1) Menjelaskan tentang pengertian atonia uteri
2) Menjelaskan factor penyebab terjadinya atonia uteri
3) Menjelaskan cara penanganan atau penatalaksanaan atonia uteri
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bunda Supri Nuryani
2) Mengetahui dan memahami tentang atonia uteri
3) Menambah pengetahuan tentang atonia uteri
4) Dapat mengetahui mengenai pengertian, etiologi, factor penyebab, dan juga penatalaksanaan atonia uteri.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang saya gunakan dalam makalah yang berjudul “ Penatalaksanaan Atoni Uteri” adalah dengan meggunakan metode kepustakaan dan browsing internet.
BAB II
ISI
A. Landasan Teori Persalinan Dengan Atonia Uteri
Perdarahan Post Partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999).
Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).
Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :
1. Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
Ø Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
Ø Kehamilan gemelli
Ø Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2 memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi
7. Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada pre eklamsi / eklamsia.
Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.
Menurut Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri adalah :
1. Umur : umur yang terlalu muda atau tua
2. Paritas : sering dijumpai pada multipara dan grademultipara
3. Obstetri operatif dan narkosa
4. Uterus terlalu diregang dan besar, pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
5. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri
6. Faktor sosio ekonomi yaitu mal nutrisi
Penatalaksanaan Atonia Uteri
1. Masase Fundus Uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
Pemijatan merangsang kontraksi uterus sambil dilakukan penilaian kontraksi uterus.
2. Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.
3. Pastikan bahwa kantung kemih kosong
Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.
4. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit
Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding dalam uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi;
5. Anjurkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.
6. Keluarkan tangan perlahan-lahan.
7. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan jika hipertensi)
Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus.
8. Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc ringer laktat + 20 umit oksitosin.
9. Ulangi kompresi bimanual internal
KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.
10. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI
Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi.
11. Lanjutkan infuse ringer laktat + 20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan dengan laju 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan. Ringer laktat akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama peredarahan. (APN 2007).
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi.
B. Pengertian Atonia Uteri
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta ; 2002)
C. Faktor Penyebab Terjadinya
1. Overdistention uterus seperti: gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Multipara dengan jarak keahiran pendek
4. Partus lama / partus terlantar
5. Malnutrisi
6. Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum terlepas dari uterus.
C. Manifestasi Klinis
Ø Uterus tidak berkontraksi dan lembek
Ø Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer)
D. Pencegahan Atonia Uteri
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada manajemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bonus atau 10-20 unit per liter IV drip 100-150 cc/jam.
Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum dini. Karbetosin merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibanding oksitosin.
E. Manajemen Atonia Uteri ( Penatalaksanaan)
1. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
2. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan.
Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (max 15 detik)
Jika uterus berkontraksi
Evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera
Jika uterus tidak berkontraksi maka :
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong
Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit.
Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala empat dengan ketat.
Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml pertama secepat mungkin; Ulangi KBI
Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala empat
Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera
3. Uterotonika
Oksitosin merupakan hormon sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekwensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetani. Oksitosin dapat diberikan secara IM atau IV, untuk perdarahan aktif diberikan lewat infus dengan ringer laktat 20 IU perliter, jika sirkulasi kolaps bisa diberikan oksitosin 10 IU intramiometrikal (IMM). Efek samping pemberian oksitosin sangat sedikit ditemukan yaitu nausea dan vomitus, efek samping lain yaitu intoksikasi cairan jarang ditemukan.
Metilergonovin maleat merupakan golongan ergot alkaloid yang dapat menyebabkan tetani uteri setelah 5 menit pemberian IM. Dapat diberikan secara IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg, dapat juga diberikan langsung pada miometrium jika diperlukan (IMM) atau IV bolus 0,125 mg. obat ini dikenal dapat menyebabkan vasospasme perifer dan hipertensi, dapat juga menimbulkan nausea dan vomitus. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan hipertensi.
Uterotonika prostaglandin merupakan sintetik analog 15 metil prostaglandin F2alfa. Dapat diberikan secara intramiometrikal, intraservikal, transvaginal, intravenous, intramuscular, dan rectal. Pemberian secara IM atau IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai dosis maksimum 2 mg. Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5 tablet 200 µg = 1 g). Prostaglandin ini merupakan uterotonika yang efektif tetapi dapat menimbulkan efek samping prostaglandin seperti: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi dan bronkospasme yang disebabkan kontraksi otot halus, bekerja juga pada sistem termoregulasi sentral, sehingga kadang-kadang menyebabkan muka kemerahan, berkeringat, dan gelisah yang disebabkan peningkatan basal temperatur, hal ini menyebabkan penurunan saturasi oksigen. Uterotonika ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular, pulmonal, dan disfungsi hepatik. Efek samping serius penggunaannya jarang ditemukan dan sebagian besar dapat hilang sendiri. Dari beberapa laporan kasus penggunaan prostaglandin efektif untuk mengatasi perdarahan persisten yang disebabkan atonia uteri dengan angka kesuksesan 84%-96%. Perdarahan pospartum dini sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri maka perlu dipertimbangkan penggunaan uterotonika ini untuk mengatasi perdarahan masif yang terjadi.
4. Uterine lavage dan Uterine Packing
Jika uterotonika gagal menghentikan perdarahan, pemberian air panas ke dalam cavum uteri mungkin dapat bermanfaat untuk mengatasi atonia uteri. Pemberian 1-2 liter salin 47°C-50°C langsung ke dalam cavum uteri menggunakan pipa infus. Tangan operator tidak boleh menghalangi vagina untuk memberi jalan salin keluar.
Penggunaan uterine packing saat ini tidak disukai dan masih kontroversial. Efeknya adalah hiperdistended uterus dan sebagai tampon uterus.
Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum sehingga memberikan tekanan maksimum pada dinding uterus. Segmen bawah rahim harus terisi sekuat mungkin, anestesi dibutuhkan dalam penanganan ini dan antibiotika broad-spectrum harus diberikan. Uterine packing dipasang selama 24-36 jam, sambil memberikan resusitasi cairan dan transfusi darah masuk. Uterine packing diberikan jika tidak tersedia fasilitas operasi atau kondisi pasien tidak memungkinkan dilakukan operasi.
5. Operatif
Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterina menghasilkan angka keberhasilan 80-90%. Pada teknik ini dilakukan ligasi arteri uterina yang berjalan disamping uterus setinggi batas atas segmen bawah rahim. Jika dilakukan SC, ligasi dilakukan 2-3 cm dibawah irisan segmen bawah rahim. Untuk melakukan ini diperlukan jarum atraumatik yang besar dan benang absorbable yang sesuai. Arteri dan vena uterina diligasi dengan melewatkan jarum 2-3 cm medial vasa uterina, masuk ke miometrium keluar di bagian avaskular ligamentum latum lateral vasa uterina. Saat melakukan ligasi hindari rusaknya vasa uterina dan ligasi harus mengenai cabang asenden arteri miometrium, untuk itu penting untuk menyertakan 2-3 cm miometrium. Jahitan kedua dapat dilakukan jika langkah diatas tidak efektif dan jika terjadi perdarahan pada segmen bawah rahim. Dengan menyisihkan vesika urinaria, ligasi kedua dilakukan bilateral pada vasa uterina bagian bawah, 3-4 cm dibawah ligasi vasa uterina atas. Ligasi ini harus mengenai sebagian besar cabang arteri uterina pada segmen bawah rahim dan cabang arteri uterina yang menuju ke servik, jika perdarahan masih terus berlangsung perlu dilakukan bilateral atau unilateral ligasi vasa ovarian.
• Ligasi arteri Iliaka Interna
Identifikasi bifurkasiol arteri iliaka, tempat ureter menyilang, untuk melakukannya harus dilakukan insisi 5-8 cm pada peritoneum lateral paralel dengan garis ureter. Setelah peritoneum dibuka, ureter ditarik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifurkasio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri, dan dengan menggunakan benang non absobable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5-2 cm. Hindari trauma pada vena iliaka interna. Identifikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelum dan sesudah ligasi.
Risiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam melakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien.
• Teknik B-Lynch
Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh Christopher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan pospartum akibat atonia uteri.
• Histerektomi
Histerektomi peripartum merupakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan pospartum masif yang membutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7-13 per 10.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal.
KOMPRESI BIMANUAL UTERUS ATONI
Peralatan : sarung tangan steril; dalam keadaan sangat gawat; lakukan dengan tangan telanjang yang telah dicuci
Teknik :
Basuh genetalia eksterna dengan larutan disinfektan; dalam kedaruratan tidak diperlukan
1. Eksplorasi dengan tangan kiri
Sisipkan tinju kedalam forniks anterior vagina
1. Tangan kanan (luar) menekan dinding abdomen diatas fundus uteri dan menangkap uterus dari belakang atas
2. Tangan dalam menekan uterus keatas terhadap tangan luar
Ia tidak hanya menekan uterus, tetapi juga meregang pembuluh darah aferen sehingga menyempitkan lumennya.
Kompresi uterus bimanual dapat ditangani tanpa kesulitan dalam waktu 10-15 menit.
Biasanya ia sangat baik mengontrol bahaya sementara dan sering menghentikan perdarahan secara sempurna.
Bila uterus refrakter oksitosin, dan perdarahan tidak berhenti setelah kompresi bimanual, maka histerektomi tetap merupakan tindakan terakhir!
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Atonia Uteri disebut juga sebagai suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (April, 2007).
Perdarahan Post Partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999).
B. SARAN
Untuk teman-teman semoga maklah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Karena dengan mempelajari makalah ini kita mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi, yang sebelumnya belum kita dapatkan. banyak sekali manfaat yang kita dapatkan jika mempelajari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
James R Scott, et al. Danforth buku saku obstetric dan ginekologi. Alih bahasa TMA Chalik. Jakarta: Widya Medika, 2002.
Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unversitas Padjajaran Bandung, 1993.
Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetrik. Ed. 2. Jakarta: EGC, 1998.
Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana. Jakarta: EGC, 1998.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. Buku ajar keperawatan maternitas. Alih bahasa: Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugerah. Jakarta: EGC. 2004
Heller, Luz. Gawat darurat ginekologi dan obstetric. Alih bahasa H. Mochamad martoprawiro, Adji Dharma. Jakarta: EGC, 1997.