Cari Blog Ini

Senin, 25 Oktober 2010

Makalah belajar dan pembelajaran komunikasi orang tua dengan anak

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan, karena apa yang telah diprogramkan dalam pendidikan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan berbagai komponen pengajaran, yang turut meberikan konstribusi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pada sisi lain komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima melalui saluran atau media dengan tujuan agar terjadi perubahan terhadap diri orang menerima pesan tersebut. Komunikasi sebagai suatu proses tersendiri atas komponen-komponen yakni komunikator, pesan, saluran, komunikasi dan efek/pengaruh. Selain komponen tersebut, komponen lain yang turut menentukan berhasil tidaknya suatu komunikasi yaitu tanggapan balik lingkungan dan gangguan yang saling terkait satu dengan yang lainnya.
Penjelasan yang dikemukakan di atas berlaku pula dalam pembelajaran, yang komunikasinya disebut komunikasi pembelajaran, baik dalam bentuk antar personal maupun dalam bentuk interpersonal. Komunikasi yang berlangsung secara interpersonal tampak pada kejadian berfikir, mengingat, mempersepsi. Sedangkan komunikasi yang berlangsung secara antar personal bisa terjadi dalam doalog atau diskusi tanya jawab yang terjadi antara komunikator dan komunikan (pembelajaran dan pembelajar).
Proses komunikasi dibuat secara wajar, akrab, dan terbuka dengan ditunjang oleh faktor-faktor penunjang lainnya, baik sarana, maupun fasilitas-fasilitas yang ada dengan tujuan supaya mempunyai efek perubahan perilaku pada pihak sasaran.
Proses perubahan perilaku bukanlah hak yang sederhana, karena di dalamnya terlibat semua komponen yang saling berkaitan, seperti kondisi komunikator, kondisi sasaran, kondisi saluran yang digunakan, disamping situasi dan lingkungan pembelajaran turut mempengaruhi proses komunikasi pembelajaran.
Pembelajaran harus mampu menciptakan iklim komunikasi yang komunikatif, di mana pembelajar dan pebelajar secara aktif di dalamnya baik secara verbal maupun non verbal dengan menggunakan media atau saluran yang tersedia, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Selain guru, pihak keluarga terutama orang tua juga sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar anak. Pihak orang tua anak lebih proaktif mencari solusi untuk meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya, termasuk dalam hal ini adalah senantiasa berkomunikasi antar pribadi dengan anak mengenai pembelajarannya.

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, masalh pokok yang kami bahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa saja peranan komunukasi orang tua dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajar ?
2. Apa materi yang dibutuhkan anak untuk meningkatkan prestasi dalam berkomunikasi dengan orang tua ?
3. Apakah efektifitas peranan komunikasi orang tua dalam meningkatkan prestasi anak ?
4. Apa Pengertian prestasi belajar ?
5. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi belajar ?
6. Apa pengertian komunikasi ?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui peranan komunikasi oaring tua dengan anak dalam meningkatakan prestasi belajar.
2. Memberikan informasi tentang materi komunkasi apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi belajar anak.
3. Mengetahui efektifitas peranan komunikasi orang tua dalam maningkatkan prestasi belajar anak.
4. Memberikan informasi tentang pengertian prestasi belajar dan komunikasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Peranan Komunikasi Orang Tua Dengan Anak dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
1. Materi Komunikasi Antar Pribadi Orang tua Dengan Anak Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar.
Murid yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga terutama tentang cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajarnya. Orang tua atau keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang kurang berkomunikasi tentang pendidikan anak-anaknya akan dapat berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Menurut Slameto (2003:61) megemukakan bahwa hal-hal atau materi komunikasi antar pribadi orang tua dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajarnya, antar lain :
a. Orang tua melakukan komunikasi mengenai waktu belajar anak-anaknya.
b. Orang tua memperhatikan dan mengkomunikasikan dengan anak tentang kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anak-anaknya dalam belajar.
c. Orang tua berkomunikasi kepada anak tentang waktu belajar anak.
d. Orang tua senantiasa melakukan komunikasi dengan anak tentang kemajuan belajarnya.
e. Orang tua melakukan komunikasi dengan anak mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dipahami bahwa anak didik sangat besar peranannya dalam melakukan komunikasi antar pribadi dengan anak dalam meningkatkan prestasi belajar terutama anak. Materi komunikasi yang dimaksudkan di atas sangat menentukan tingkat keberhasilan atau prestasi murid. Mungkin anak sebetulnya pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur akibat kurang komunikasi dengan orang tua, sehingga mengalami ketinggalan dalam belajarnya. Hasil yang didapatkan atau nilai hasil belajarnya tidak memuaskan atau bahkan gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang orang tuanya terlalu mengurus pekerjaan mereka sehingga kurang komunikasi dengan anak-anaknya.
2. Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Dengan Anak DalamMeningkatkan Prestasi Anak
a. Konsep Efektivitas Dalam Komunikasi.
Efektivitas berasal dari kata “efektif yang berarti ada efeknya, akibatnya, kesan serta pengaruhnya terhadap sesuatu benda atau perkara”.(Depdikbud, 2001:115) Efektivitas merupakan suatu organisasi. Efektivitas adalah pencapaian tujuan melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki secara efisien, baik dilihat dari segi input maupun output. Efektivitas berarti terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan secara efisien sudah tentu efektif, karena dilihat dari segi hasil, tujuan atau akibat yang dikehandaki dengan perbuatan itu telah tercapai. Sebaliknya suatu pekerjaan yang efektif belum tentu efisien karena hasil dapat saja tercapai tetapi mungkin menggunakan sumber daya yang berlebihan yang tidak sesuai dengan rencana sebelumnya, apakah itu tenaga, pikiran, waktu dan sebagainya.
Little John (1962 : 85) mengemukakan bahwa “dalam konsep efektivitas komunikasi, yang menjadi tujuan utama dan pertama komunikasi manusia adalah untuk dimengerti”. Jadi komunikasi efisien bila Source dan Receiver terhadap message ada kesamaan. Rahmat (1998 : 79) mengatakan bahwa “komunikasi dikatakan efektif bila pertemuan Source (sumber) merupakan hal yang menyenangkan Receiver (penerima)”. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, efektivitas komunikasi yang ditekankan adalah efektivitas penerimaan pesan, yaitu “komunikasi yang dilancarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek kognitif, afektif, dan konatif pada komunikan sesuai dengan tujuan komunikasi” (Effendi, 1989 : 101).
Sesuatu pesan yang dikirimkan tidak saja diinginkan untuk dimengerti tapi juga untuk direspon, diberi reaksi yang diinginkan agar maksudnya tercapai untuk menerima respon yang diinginkan. Jika itu terjadi pesan yang dikirim tidak hanya efisien tetapi juga efektif. Jadi “respon atau reaksi yang diinginkan dari suatu komunikasi merupakan test dari efektivitas daripada komunikasi” (Effendi,1989:102).
b. Kriteria dan Prinsip Komunikasi Pembelajaran yang Efektif
Komunikasi yang efektif dalam pembelajaran banyak ditentukan oleh keaktifan pebelajar dan pembelajar dalam bentuk timbal balik berupa pertanyaan, jawaban pertanyaan atau berupa perbuatan baik secara fisik maupun secara mental. Adanya umpan balik ini memungkinkan pembelajar mengadakan perbaikan-perbaikan cara komunikasi yang pernah diakukan.
Keefektifan komunikasi menunjuk kepada kemampuan orang untuk menciptakan suatu pesan dengan tepat, yaitu pengirim pesan dapat mengetahui penerima dapat menginterprestasikan sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si pengirim diinterprestasikan sama oleh si penerima, berati komunikasi tersebut efektif. Komunikasi yang efektif hendaknya memadukan ketiga kriteria tersebut. Selain itu keefektifan pembelajaran sangat ditentukan oleh adanya perhatian dan minat pebelajar. Ini sesuai dengan , model “AIDA singkatan dari Attention (perhatian ), Interest (minat), Desire (hasarat),dan Action (kegiatan)” (Sendjaja, 1993:105). Maksudnya agar terjadi kegiatan pada diri pebelajar sebagai komunikan, maka terlebih dahulu harus dibangkitkan perhatian dan minatnya kemudian dilanjutkan dengan penyajian bahan.
Dengan demikian timbul hasratnya untuk melaksanakan kegiatan, sehingga walaupun persepsinya tidak terlalu lama sama dalam menerima pesan tetapi perbedaannya tidak terlalu banyak. Karena secara psikologis setiap orang akan menanggapi dan memberi makna yang berbeda-beda sesuai dengan karakternya masing-masing.Komunikasi mengandung kualitas yang mengarahkan persepsi positif. Komunikasi melaksanakan tujuan-tujuan organisasi dan tujuan-tujuan pribadi yang dianggap efektif, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi antar pribadi orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar sangat efektif dilakukan. Efektivitas komunikasi yang dimaksud adalah efektivitas penerimaan pesan, yaitu komunikasi yang dilancarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan efek kognitif, efektif, dan psikomotor pada komunikan sesuai dengan tujuan komunikasi. Hal ini terjadi selama dalam proses pembelajaran.

B. Prestasi Belajar.
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berarti “hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan” (Depdikbud,2001:895). Prestasi yang dimaksudkan di sini adalah suatu hasil yang dicapai mengenai pendidikan atau pelajaran.
Sesuai dengan hal tersebut, Sardiman (1996 : 22) mengemukakan: “Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya”.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa berdasarkan kriteria-kriteria tertentu setelah dia menempuh kegiatan belajar mengajar dan diakhiri dengan evaluasi dari pihak guru.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mengajar yakni pada dasarnya terdiri dari dua bagian yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor Intern
Faktor intern yang dimaksudkan di sini adalah faktor intern yang terjadi disekolah, yang di dalamnya termasuk guru dan siswa. Adapun faktor yang terpenting dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa adalah, ada tiga, yakni :



1) Faktor Jasmaniah
Untuk mencapai tujuan dalam proses belajar mengajar terbentuk manusia yang utuh di setiap aspek, baik akal, jasmani, rohani dan kesehatan dengan kehidupan kemasyarakatan, diperlukan syarat mutlak yakni kesehatan badan, tanpa ditunjang kesehatana badan, maka yang terlaksana di sekolah tidak bisa dikatakan proses belajar yang potensial. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (1994 : 5) yaitu : “agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan dalam bekerja, tidur, makan, olah raga dan rekreasi”.
Oleh karena itu kesehatan jasmani mutlak diperlukan, karena pada jasmani yang sehat terdapat akal fikiran yang sehat pula.
2) Faktor Psikologis
Adapun penulis maksudkan di sini adalah mengetahui tingkah laku yang terjadi dalam proses belajar mengajar, dimana dalam hal ini termasuk pembawaan sebagai faktor dasar yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar merupakan perilaku inti dalam proses pendidikan dimana antara anak didik dan pendidik berintegrasi.Faktor pembawaan yang mempengaruhi proses belajar meliputi :
(1) Intelegensi.
Intelegensi adalah kecakapan yang teridir dari tiga jenis, yaitu: kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
(2) Perhatian.
Perhatian menurut AL-Gzali adalah “keaktifan jiwa yang tertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek”. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak suka lagi belajar. “Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan bakatnya”. (Slameto : 1995 : 56).
(3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
(4) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah berlatih.

3) Faktor Kelelahan
Faktor kelelahan adalah salah satu dari faktor intern yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar, sebab kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan atas dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. (Slameto, 1998 : 57).
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan subtansi sisa pembakaran dalam tubuh, sehingga darah tidak/ kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuhan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit berkonsentrasi seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, harus dihindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam bekerja, sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.



b. Faktor Ekstern
Faktor eksteren mempunyai peranan yang penting pula dalam proses belajar mengajar, dimana penulis mengelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
1) Faktor keluarga
Keluarga adalah salah satu lingkungan pendidikan yang cukup berperan dalam perkembangan jiwa anak, karena dalam keluarga anak pertama kali menerima pendidikan. Murid yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah suatu organisasi dan wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan pendidikan dengan memanfaatkan semua sumber daya secara efisien dan efektif. Sebab dalam hidup dan kehidupan manusia, tidak hanya hidup dalam keluarga saja, melainkan juga pada umur tertentu harus terlepas dari rumah untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman yang lebih luas di luar rumah, baik di sekolah maupun pada masyarakat umumnya.
Menurut Hamalik (2001:117) bahwa : “faktor sekolah mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah”.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan eksteren yang juga berpengaruh terhadap siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yang mencakup kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga, sekolah dan masyarakat sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Untuk itu dalam pencapaian hasil yang maksimal, maka diperlukan kerjasama yang baik dari subyek pendidikan tersebut, agar pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berlangsung secara positif.

C. Pengertian Komunikasi
Secara etimologis, istilah komunikasi dalam Kamus Inggris Indonesia (John M. Echlos : 1996 : 131) ditemukan kata “communication, yang berarti hubungan, komunikasi, pemberitahuan, pengumuman, dan sebagainya”.
Menurut Sendjaja (1993 : 24), komunikasi adalah : “suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan, dan pengelolaan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan atau dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu”.
Komunikasi menurut Mullyono (1988 : 43) adalah : “pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi antar manusia hanya bisa terjadi bila didukung oleh sumber atau komunikasi pesan, saluran atau media, penerima atau komunikan, dan efek.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a) Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak sangatlah besar, tanggung jawab tersebut antara lain : orang tua sebagai pemotivator belajar anak di luar sekolah, orang tua sebagai pembimbing anak dirumah, orang tua sebagai pengarah anak, pelindung, orang tua orang yang memenuhi kebutuhan anak, agar proses pendidikan anak dapat berhasil sebagai orang tua harus mampu memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut.
b) Orang tua lengkap sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar anak. Siswa yang orang tuanya lengkap tentu akan merasa aman dan lebih mendapatkan perhatian yang penuh dari kedua orang tuanya.
c) Orang tua tidak lengkap juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Orang tua yang tinggal ibu atau ayah bahkan keduanya sudah tidak aada. Sebab anak merasa aman lagi dalam belajar atau dalam hal yang lain. Karena anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang penuh dari kedua orang tuanya.

3.2 Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
M.P. Yusuf. 1990. Komunikasi pendidikan dan komunikasi Instruksional.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman AM. 1996. Interaksi dan motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Usman, Moh. Uzer. 1991. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
WWW.google.co.id
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Tidak ada komentar: